Tampilkan postingan dengan label kisah nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah nabi. Tampilkan semua postingan

08/02/14

Nabi Zakaria as


Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.
Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nadzarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.

 Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya: “Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?”
Maryam menjawab: “Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku minta. Diwaktu pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?”
Maryam binti Imran
Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra’il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.
Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.
Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.
Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: “Manusia merancang, Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra’il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra.
Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.
Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.
Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga.Zakarian merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudra isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: “Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini.”
Maryam menjawab: “Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?”
Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Almasih a.s.
Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

sumber: http://www.dzikir.org/b_ceri21.htm

Nabi Yahya as


Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sedar dan mengetahui bahawa anggota-anggota keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan. Ia khuatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya, bahawa mereka akan makin rusak dan makin berani melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum agama.
Kekhuatiran itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya bahawa ia sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra’il. Ia agak terhibur dari rasa sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.

 Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah seraya bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya: “Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya’qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra’il. Aku khuatir bahawa sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban sedang isteriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengurniai kau seorang putera yang soleh yang engkau redhai.”
Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: “Hai Zakaria Kami memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi.”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut usianya.”
Allah menjawab dengan firman-Nya: “Demikian itu adalah suatu hal yang mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali?”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa isteri aku telah mengandung.” Allah berfirman: “Tandanya bagimu bahawa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari.”
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahawa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahawa ia seorang putera yang berbakti kepada kedua ora ng tuanya dan bukanlah orang yang sombong durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan matanya cekung.
Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.
Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan { dibaptiskan } di sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara itu, maka ia dijuluki “Yahya Pembaptis”.
Dikisahkan bahawa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh lampai dan ramping dan berhasrat ingin mengahwininya. Sang gadis berserta ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencan perkahwinan itu, namun Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak boleh dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.
Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa bapa saudaranya Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.
Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang nampak lebih cantik daripada biasa : “Hai manisku, apakah yang dapat aku berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku, aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu.”
Herodia menjawab: “Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan permintaanku ini”.
Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan Herodia tidak berkulik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama yang akan menghalangi rencana perkahwinannta telah tersingkirkan, walaupun perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Isra’il seluruhnya.
Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran, surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41 dan surah Al-Anbiya’ ayat 89 sehingga ayat 90.
sumber: http://www.dzikir.org/b_ceri22.htm

NABI MUHAMMAD SAW

Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.

Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad

Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)

Abdul Mutallib Wafat

Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.

Muhammad diasuh oleh Abu Talib

Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu "Al-Amin".

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.
Turunnya Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.
Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
Wafatnya Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Hijrah Ke Madinah

Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.
Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.

NABI ISA AS

Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur'an.
Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu Isa, Isa putera Mariam, putera Mariam, dan al-Masih.
Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).
Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.
Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,
"Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!'
Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'" (19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:
"Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
"Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)
Malaikat menjawab,
"Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).
Allah juga menyatakan bahawa Nabi Isa adalah seperti Adam, walaupun Adam diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan mereka berdua adalah pada ciptaan. Kedua-duanya dicipta daripada tanah (3:59). Itu menunjukkan mereka adalah manusia biasa, kerana manusia dicipta daripada tanah.
Kerasulan dan Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:
"Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)
Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,
"Katakanlah, 'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.
Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:
"Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,
"Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur'an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:
"dia (Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63)
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:
"Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
"Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111)
Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:
"Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:
"Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?' Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.'" (61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
"Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?'
Dia (Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.'
Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113)
Justeru itu, Isa memohon kepada Allah,
"Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114)
Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur'an, iaitu surah kelima, al-Maidah.
Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:
"Ketika Allah berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ..... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku' ..... lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah. (Sila rujuk Tidak Mempercayai Mukjizat Nabi?)
Wafat
Tidak seperti kepercayaan sesetengah orang iaitu Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat di bumi, namun bukan disalib. Baginda telah wafat selepas peristiwa penyaliban ke atasnya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qur'an. Besar kemungkinan baginda telah melarikan diri dari tempat baginda dijatuhkan hukum.
Bukti yang menunjukkan baginda telah wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat berikut:
"Apabila Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya .....'" (3:55)
"Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:
"ucapan mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah." (4:157)
Telah wujud lagi kepercayaan terhadap Nabi Isa yang tidak disahkan Allah di dalam al-Qur'an, iaitu baginda akan muncul lagi di bumi buat kali kedua. Itu tidak benar. (Sila rujuk artikel Menanya Ustaz: kedatangan Imam Mahadi & Nabi Isa dan Imam Mahadi di ruangan Soalan Lazim. Terima kasih.)
Terpesong
Setelah Isa wafat, beberapa perkara telah berlaku. Pertama, orang-orang yang mengaku pengikut baginda telah menubuhkan sistem berahib, atau berpaderi, atau sistem berulama dalam agama. Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah. Firman-Nya:
"Dan rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka reka - Kami tidak menuliskan (menetapkan) untuk mereka" (57:27).
Kemudian, antara mereka bersetuju untuk mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran yang luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah terpesong dalam kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:
"Merekalah orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata, 'Sesungguhnya Allah, Dia ialah al-Masih putera Mariam'" (5:17), dan
"orang-orang Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putera Allah.' Itu adalah ucapan daripada mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka. Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka dipalingkan?" (9:30)
Satu bukti telah didatangkan Allah untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan mereka. Buktinya adalah pada amalan memakan makanan, berbunyi:
"Al-Masih, putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling." (5:75)
Nabi Isa dan ibunya makan makanan. Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia makan tentu Dia mempunyai sebuah "pintu kecil" untuk mengeluarkan makanan yang tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang terdapat di bahagian belakang badan manusia atau haiwan.
Sekiranya hujah itu disampaikan kepada orang-orang yang mempercayai Nabi Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka akan berpaling juga dan tetap dengan kepercayaan mereka. Begitulah manusia dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa menggunakan akal.
Akhirat
Kepercayaan serupa itu sungguh berat di sisi Allah sehingga Nabi Isa akan ditanya di akhirat. Baginda akan ditanya sama ada baginda telah menyatakan bahawa baginda dan ibunya adalah tuhan-tuhan selain daripada Allah. Pertanyaan-Nya berbunyi:
"Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?" (5:116)
Nabi Isa akan menjawab:
"Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib." (5:116)
Jawapannya bersambung lagi:
"Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Nabi Muhammad juga akan ditanya di akhirat atas sesuatu yang amat berat juga. Baginda ditanya mengenai sambutan kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawapan baginda berbunyi:
"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)
Itulah yang berlaku pada hari ini. Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan. Namun, masa masih ada untuk semua kembali kepada ajaran al-Qur'an.

NABI YUNUS AS

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.

Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.

Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami."

Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.

Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.

Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.

Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.

Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.

Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami."

Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.

Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.

Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.

Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang zalim."

Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.

Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.
PeLajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ."

Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.

NABI ILYASA' AS

Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari'at dan metode nabi Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.
"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."(Q.S. Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi inilah yang disebut dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah menghidupkan kembali orang yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa

NABI ILYAS AS

Nabi Ilyas diutus kepada penduduk Baalbek, sebelah barat Kota Damaskus (Libanon Timur sekarang). Dia mengajak kaumnya beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap patung yang mereka namakan Ba`la. Hal inilah yang mengakibatkan mereka menganiayanya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Ilyas adalah paman Nabi Ilyasak.
namun betapapun gigihnya Nabi Ilyas berdakwah, kaumnya tidak mau mendengarkannya. Maka Allah menghukum mereka dengan azab didunia dan akhirat.
Selepas kematian Nabi Sulaiman A.S., kerajaan telah mengalami perpecahan. Pengaruh syaitan telah berleluasa. Manusia yang beragama diejek-ejek. Undang-undang Somaria telah membunuh kebanyakan golongan yang mengetahui dan mengikuti akidah yang sebenar. Pengaruh kejahatan menjadi semakin buruk dan Allah telah menghantar Nabi Ilyas A.S. untuk memulihkan manusia pada zaman pemerintahan Raja Ahab dari Israil. Baginda berusaha berusaha bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia daripada mempercayai banyak tuhan dan melarang mereka menyembah Tyrian Bal.

Baginda juga menasihati manusia untuk menyembah Allah dan mengelakkan diri daripada melakukan kejahatan. Apabila usahanya tidak dihiraukan dan tidak membuahkan hasil, baginda tiba-tiba muncul sebeum raja dan tukang tiliknya memberitahu yang arus deras dan kebuluran akan melanda negeri tersebut. Baginda juga memberitahu yang Tyrian Bal tidak mempunyai kuasa untuk menahan bencana tersebut. Para penduduk tidak mengendahkan amarannya dan tidak mengubah kepercayaan mereka. Kenabian Nabi Ilyas akhirnya terbukti benar dan seluruh negeri dilanda banjir besar dan rakyat mengalami kebuluran. Selepas dua tahun, Nabi Ilyas memohon Allah mengurniakan belas kasihan dan keampunan-Nya kepada penduduk yang kebuluran itu. Mereka telah mengakui kekuasaan Allah dan berasa sangat menyesal.

Sejurus selepas arus deras berhenti dan Allah telah menarik balik sumpahannya, Allah telah menyuruhnya memanggil al-Yas'a menggantikannya. Baginda melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan hilang secara misteri. Terdapat satu petikan dalam ayat al-Quran yang bermaksud:

" Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik" (Shaad, 28: 48) .

NABI SULAIMAN AS

Nabi Sulaiman adalah salah seorang putera Nabi Daud. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Seorang Juri
Sewaktu Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyekutuinya di dalam menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya.

Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang mengakibatkan rusak binasanya perkarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama sehingga mendekati masa menuainya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan bahawa memang haiwan ternakannyalah yang merusak-binasakan kebun dan perkarangan kawannya itu.

Dalam perkara sengketa tersebut, Daud memutuskan bahawa sebagai ganti rugi yang dideritai oleh pemilik kebun akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh kecuaiannya menjaga binatang ternakannya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat berkata kepada si ayah: "Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu sepatut berbunyi sedemikian : Kepada pemilik perkarangan yang telah binasa tanamannya diserahkanlah haiwan ternak jirannya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya, sedang perkarangannya yang telah binasa itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya."

Kuputusan yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang yang menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri sidang dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang walaupun masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan keberanian melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah hidup Nabi Sulaiman yang penuh dengan mukjizat kenabian dan kurnia Allah yang dilimpahkan kepadanya dan kepada ayahnya Nabi Daud.

Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya
Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya srta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra'il.

Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.

Setelah merasa bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il dan bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud ayahnya.

Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.

Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan. Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.

Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya dan dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.

Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya.
Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain
Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.

Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar dan sengaja.

Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sedar.
Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San'a - ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzur yang nyata.

Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan:: "Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar."

Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu kerana berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas suratku ini."
HUd-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan baca isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri."

Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: "Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi pertimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu."

Ratu Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk kota-kota kami, maka nescaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sgt menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami. Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba melunakkan hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.

Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya ya akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.

Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku."

Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.

Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku akan membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia."

Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: "Serupa inikah tahtamu?" Balqis menjawab: "Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri," seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak meninggalkan Saba.

Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, kehairanan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini."

"Oh,Tuhanku," Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."

Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya kahwin dengan Balqis dan dari perkahwinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi Sulaiman dari putera hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam bisshawab.
Wafatnya Nabi Sulaiman
Al-Quran mengisahkan bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai seksaan yang menghinakan.

Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi Sulaiman, namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.

Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44
Tampilkan postingan dengan label kisah nabi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kisah nabi. Tampilkan semua postingan

08/02/14

Nabi Zakaria as


Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi Yahya putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia sembilan puluh tahun. Sejak beristeri Hanna, ibu saudaranya Maryam, Zakaria mendambakan mendapat anak yang akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya memimpin Bani Israil. Ia khuatir bahawa bila ia mati tanpa meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi kitab Taurat sekehendak hati mereka. Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang Allah mengizinkannya dan memperkenankan.
Nabi Zakaria tiap hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar melakukan sembahyang serta menjenguk Maryam anak iparnya yang diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nadzarnya sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri Maryam diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan oleh para pengurus mihrab di kala menerima bayi Maryam yang diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara isterinya sendiri yang hingga saat itu belum dikurniai seorang anak pun oleh Tuhan.

 Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan Zakaria telah terjadi pada suatu hari ketika ia datang ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya. Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam musim dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya kepadanya: “Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua?”
Maryam menjawab: “Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa kucari dan aku minta. Diwaktu pagi dikala matahari terbit aku mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, demikian pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa bapa saudaranya merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan?”
Maryam binti Imran
Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak tunggal dari Imran seorang daripada pemuka-pemuka dam ulama Bani Isra’il. Ibunya saudara ipar dari Nabi Zakaria adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat dalam kehidupan bersuami-isteri, penglipur duka dan pembawa suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat akan keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas dari ingatannya.
Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran bahawa hanya Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut. Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya dikalbulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan keluarganya.
Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan dalam takdir-Nya bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan seorang nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada isteri Imran yang lama kelamaan merasa gerakan janin di dalam perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila bayi yang dikandungkan itu lahir. Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah sepasang suami isteri Imaran menjadi berseri-seri tanda suka cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian yang baik dan cemerlang.
Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi: “Manusia merancang, Tuhan menentukan. Imran yang sangat dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia melahirkan , tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra’il dan meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua, pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami isteri menjadi makin mesra.
Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa melahirkan. Maka setelah segala persiapan untuk menyambut kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna lahirlah ia dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak kecewalah si ibu janda Imran setelah mengetahui bahawa bayi yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti seorang putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas: “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri, sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam sebagai pengawas dan pemeliharanya.
Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang mahu mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang akhirnya undian jatuh kepada Zakaria sebagaimana dijanjikan oleh Allah kepada ibunya.
Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga.Zakarian merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah adalah anak saudaranya sendiri. Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak satu hari pun Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk Maryam.
Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai anak saudra isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
Pada suatu hari tatkala Zakaria datang sebagaimana biasa, mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya, dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi Maryam. Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan mengangkat kepala: “Wahai Maryam, dari manakah engkau memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan mihrabmu? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin ini.”
Maryam menjawab: “Inilah peberian Allah kepadaku tanpa aku berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan takjub? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan yang tidak ternilai besarnya?”
Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan oleh-Nya untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Almasih a.s.
Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat dibaca dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 35 hingga 37 dan 42 hingga 44.

sumber: http://www.dzikir.org/b_ceri21.htm

Nabi Yahya as


Nabi Zakaria, ayahnya Nabi Yahya sedar dan mengetahui bahawa anggota-anggota keluarganya, saudara-saudaranya, sepupu-sepupunya dan anak-anak saudaranya adalah orang-orang jahat Bani Israil yang tidak segan-segan melanggar hukum-hukum agama dan berbuat maksiat, disebabkan iman dan rasa keagamaan mereka belum meresap betul didalam hati mereka, sehingga dengan mudah mereka tergoda dan terjerumus ke dalam lembah kemungkaran dan kemaksiatan. Ia khuatir bila ajalnya tiba dan meninggalkan mereka tanpa seorang waris yang dapat melanjutkan pimpinannya atas kaumnya, bahawa mereka akan makin rusak dan makin berani melakukan kejahatan dan kemaksiatan bahkan ada kemungkinan mereka mengadakan perubahan-perubahan di dalam kitab suci Taurat dan menyalah-gunakan hukum-hukum agama.
Kekhuatiran itu selalu mengganggu fikiran Zakaria disamping rasa sedih hatinya bahawa ia sejak kahwin hingga mencapai usia sembilan puluh tahun, Tuhan belum mengurniakannya dengan seorang anak yang ia idam-idamkan untuk menjadi penggantinya memimpin dan mengimami Bani Isra’il. Ia agak terhibur dari rasa sedih dan kekhuatirannya semasa ia bertugas memelihara dan mengawasi Maryam yang dapat dianggap sebagai anak kandungnya sendiri. Akan tetapi rasa sedihnya dan keinginanya yang kuat untuk memperolhi keturunan tergugah kembali ketika ia menyaksikan mukjizat hidangan makanan dimihrabnya Maryam. Ia berfikir didalam hatinya bahawa tiada sesuatu yang mustahil di dalam kekuasaan Allah. Allah yang telah memberi rezeki kepada Maryam dalam keadaan seorang diri tidak berdaya dan berusaha, Dia pula berkuasa memberinya keturunan bila Dia kehendaki walaupun usianya sudah lanjut dan rambutnya sudah penuh uban.

 Pada suatu malam yang sudah larut duduklah Zakaria di mihramnya menghiningkan cipta memusatkan fikiran kepada kebesaran Allah seraya bermunajat dan berdoa dengan khusyuk dan keyakinan yang bulat. Dengan suara yang lemah lembut berucaplah ia dalam doanya: “Ya Tuhanku berikanlah aku seorang putera yang akan mewarisiku dan mewarisi sebahagian dari keluarga Ya’qub, yang akan meneruskan pimpinan dan tuntunanku kepada Bani Isra’il. Aku khuatir bahawa sepeninggalanku nanti anggota-anggota keluargaku akan rusak kembali aqidah dan imannya bila aku tinggalkan mati tanpa seorang pemimpin yang akan menggantikan aku. Ya Tuhanku, tulangku telah menjadi lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban sedang isteriku adalah seorang perempuan yang mandul namun kekuasaan-Mu adalah diatas segala kekuasaan dan aku tidak jemu-jemunya berdoa kepadamu memohon rahmat-Mu mengurniai kau seorang putera yang soleh yang engkau redhai.”
Allah berfirman memperkenankan permohonan Zakaria: “Hai Zakaria Kami memberi khabar gembira kepadamu, kamu akan memperoleh seorang putera bernama Yahya yang soleh yang membenarkan kitab-kitab Allah menjadi pemimpin yang diikuti bertahan diri dari hawa nafsu dan godaan syaitan serta akan menjadi seorang nabi.”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku bagaimana aku akan memperolehi anak sedangkan isteri adalah seorang perempuan yang mandul dan aku sendiri sudah lanjut usianya.”
Allah menjawab dengan firman-Nya: “Demikian itu adalah suatu hal yang mudah bagi-Ku. Tidakkah aku telah ciptakan engkau padahal engkau di waktu itu belum ada sama sekali?”
Berkata Zakaria: “Ya Tuhanku, berilah aku akan suatu tanda bahawa isteri aku telah mengandung.” Allah berfirman: “Tandanya bagimu bahawa engkau tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari berturut-turut kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah nama-Ku sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah diwaktu petang dan pagi hari.”
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. tidak banyak dikisahkan oleh Al-Quran kecuali bahawa ia diberi ilmu dan hikmah selagi ia masih kanak-kanak dan bahawa ia seorang putera yang berbakti kepada kedua ora ng tuanya dan bukanlah orang yang sombong durhaka. Ia terkenal cerdik pandai, berfikiran tajam sejak ia berusia muda, sangat tekun beribadah yang dilakukan siang dan malam sehingga berpengaruh kepada kesihatan badannya dan menjadikannya kurus kering, wajahnya pucat dan matanya cekung.
Ia dikenal oleh kaumnya sebagai orang alim menguasai soal-soal keagamaan, hafal kitab Taurat, sehingga ia menjadi tempat bertanya tentang hukum-hukum agama. Ia memiliki keberanian dalam mengambil sesuatu keputusan, tidak takut dicerca orang dan tidak pula menghiraukan ancaman pihak penguasa dalam usahanya menegakkan kebenaran dan melawan kebathilan.
Ia selalu menganjurkan orang-orang yang telah berdosa agar bertaubat dari dosanya. Dan sebagai tanda taubatnya mereka dipermandikan { dibaptiskan } di sungai Jordan, kebiasaan mana hingga kini berlaku di kalangan orang-orang Kristian dan kerana Nabi Yahya adalah orang pertama yang mengadakan upacara itu, maka ia dijuluki “Yahya Pembaptis”.
Dikisahkan bahawa Hirodus Penguasa Palestin pada waktu itu mencintai anak saudaranya sendiri bernama Hirodia, seorang gadis yang cantik, ayu, bertubuh lampai dan ramping dan berhasrat ingin mengahwininya. Sang gadis berserta ibunya dan seluruh anggota keluarga menyentujui rencan perkahwinan itu, namun Nabi Yahya menentangnya dan mengeluarkan fakwa bahawa perkahwinan itu tidak boleh dilaksanakan kerana bertentangan dengan syariat Musa yang mengharamkan seorang mengahwini anak saudaranya sendiri.
Berita rencana perkahwinan Hirodus dan Hirodia serta fatwa Nabi Yahya yang melarangnya tersiar di seluruh pelosok kota dan menjadi pembicaraan orang di segala tempat di mana orang berkumpul. Herodia si gadis cantik calon isteri itu merasa sedih bercampur marah terhadap Nabi Yahya yang telah mengeluarkan fatwa mengharamkan perkahwinannya dengan bapa saudaranya sendiri, fatwa mana telah membawa reaksi dan pendapat dikalangan masyarakat yang luas. Ia khuatir bahawa bapa saudaranya Herodus calon suami dapat terpengaruh oleh fatwa Nabi Yahya itu dan terpaksa membatalkan perkahwinan yang sudah dinanti-nanti dan diidam-idamkan, bahkan bahkan sudah menyiapkan segala sesuatu berupa pakaian mahupun peralatan yang perlu untuk pesta perkahwinan yang telah disepakati itu.
Menghadapi fatwa Nabi Yahya dan reaksi masyarakat itu, Herodia tidak tinggal diam. Ia berusaha dengan bersenjatakan kecantikkan dan parasnya yang ayu itu mempengaruhi bapa saudaranya calon suaminya agar rencana perkahwinan dilaksanakan menurut rencana. Dengan merias diri dan berpakaian yang merangsang, ia pergi mengunjungi bapa saudaranya Herodus yang sedang dilanda mabuk asmara. Bertanya Herodus kepada anak saudaranya calon isterinya yang nampak lebih cantik daripada biasa : “Hai manisku, apakah yang dapat aku berbuat untukmu. Katakanlah aku akan patuhi segala permintaanmu, kedatanganmu kemari pada saat ini tentu didorong oleh sesuatu hajat yang mendesak yang ingin engkau sampaikan kepadaku. Sampaikanlah kepadaku tanpa ragu-ragu, hai sayangku, aku sedia melayani segala keperluan dan keinginanmu.”
Herodia menjawab: “Bila Tuan Raja berkenan, maka aku hanya mempunyai satu permintaan yang mendorongku datang mengunjungi Tuanku pada saat ini. Permintaanku yang tunggal itu ialah kepala Yahya bin Zakaria orang yang telah mengacau rencana kita dan mencemarkan nama baik Tuan Raja dan namaku sekeluarga di segala tempat dan penjuru. Supaya dia dipenggal kepalanya. Alangkah puasnya hatiku dan besarnya terima kasihku, bila Tuanku berkenan meluluskan permintaanku ini”.
Herodus yang sudah tergila-gila dan tertawan hatinya oleh kecantikan dan keelokan Herodia tidak berkulik menghadapi permintaan calon isterinya itu dan tidak dapat berbuat selain tunduk kepada kehendaknya dengan mengabaikan suara hati nuraninya dan panggilan akal sihatnya. Demikianlah maka tiada berapa lama dibawalah kepala Yahya bin Zakaria berlumuran darah dan diletakkannya di depan kesayangannya Herodia yang tersenyum tanda gembira dan puas hati bahawa hasratnya membalas dendam terhadap Yahya telah terpenuhi dan rintangan utama yang akan menghalangi rencana perkahwinannta telah tersingkirkan, walaupun perbuatannya itu menurunkan laknat Tuhan atas dirinya, diri rajanya dan Bani Isra’il seluruhnya.
Cerita tentang Zakaria dan Yahya terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran, surah Maryam ayat 2 sehingga ayat 15, surah Ali Imran ayat 38 senhingga ayat 41 dan surah Al-Anbiya’ ayat 89 sehingga ayat 90.
sumber: http://www.dzikir.org/b_ceri22.htm

NABI MUHAMMAD SAW

Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.

Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad

Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)

Abdul Mutallib Wafat

Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.

Muhammad diasuh oleh Abu Talib

Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu "Al-Amin".

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.
Turunnya Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.
Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
Wafatnya Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Hijrah Ke Madinah

Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.
Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.

NABI ISA AS

Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur'an.
Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu Isa, Isa putera Mariam, putera Mariam, dan al-Masih.
Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).
Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.
Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,
"Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!'
Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'" (19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:
"Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
"Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)
Malaikat menjawab,
"Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).
Allah juga menyatakan bahawa Nabi Isa adalah seperti Adam, walaupun Adam diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan mereka berdua adalah pada ciptaan. Kedua-duanya dicipta daripada tanah (3:59). Itu menunjukkan mereka adalah manusia biasa, kerana manusia dicipta daripada tanah.
Kerasulan dan Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:
"Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)
Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,
"Katakanlah, 'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.
Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:
"Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,
"Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur'an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:
"dia (Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63)
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:
"Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
"Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111)
Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:
"Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:
"Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?' Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.'" (61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
"Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?'
Dia (Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.'
Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113)
Justeru itu, Isa memohon kepada Allah,
"Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114)
Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur'an, iaitu surah kelima, al-Maidah.
Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:
"Ketika Allah berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ..... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku' ..... lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah. (Sila rujuk Tidak Mempercayai Mukjizat Nabi?)
Wafat
Tidak seperti kepercayaan sesetengah orang iaitu Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat di bumi, namun bukan disalib. Baginda telah wafat selepas peristiwa penyaliban ke atasnya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qur'an. Besar kemungkinan baginda telah melarikan diri dari tempat baginda dijatuhkan hukum.
Bukti yang menunjukkan baginda telah wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat berikut:
"Apabila Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya .....'" (3:55)
"Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:
"ucapan mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah." (4:157)
Telah wujud lagi kepercayaan terhadap Nabi Isa yang tidak disahkan Allah di dalam al-Qur'an, iaitu baginda akan muncul lagi di bumi buat kali kedua. Itu tidak benar. (Sila rujuk artikel Menanya Ustaz: kedatangan Imam Mahadi & Nabi Isa dan Imam Mahadi di ruangan Soalan Lazim. Terima kasih.)
Terpesong
Setelah Isa wafat, beberapa perkara telah berlaku. Pertama, orang-orang yang mengaku pengikut baginda telah menubuhkan sistem berahib, atau berpaderi, atau sistem berulama dalam agama. Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah. Firman-Nya:
"Dan rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka reka - Kami tidak menuliskan (menetapkan) untuk mereka" (57:27).
Kemudian, antara mereka bersetuju untuk mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran yang luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah terpesong dalam kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:
"Merekalah orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata, 'Sesungguhnya Allah, Dia ialah al-Masih putera Mariam'" (5:17), dan
"orang-orang Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putera Allah.' Itu adalah ucapan daripada mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka. Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka dipalingkan?" (9:30)
Satu bukti telah didatangkan Allah untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan mereka. Buktinya adalah pada amalan memakan makanan, berbunyi:
"Al-Masih, putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling." (5:75)
Nabi Isa dan ibunya makan makanan. Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia makan tentu Dia mempunyai sebuah "pintu kecil" untuk mengeluarkan makanan yang tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang terdapat di bahagian belakang badan manusia atau haiwan.
Sekiranya hujah itu disampaikan kepada orang-orang yang mempercayai Nabi Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka akan berpaling juga dan tetap dengan kepercayaan mereka. Begitulah manusia dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa menggunakan akal.
Akhirat
Kepercayaan serupa itu sungguh berat di sisi Allah sehingga Nabi Isa akan ditanya di akhirat. Baginda akan ditanya sama ada baginda telah menyatakan bahawa baginda dan ibunya adalah tuhan-tuhan selain daripada Allah. Pertanyaan-Nya berbunyi:
"Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?" (5:116)
Nabi Isa akan menjawab:
"Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib." (5:116)
Jawapannya bersambung lagi:
"Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Nabi Muhammad juga akan ditanya di akhirat atas sesuatu yang amat berat juga. Baginda ditanya mengenai sambutan kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawapan baginda berbunyi:
"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)
Itulah yang berlaku pada hari ini. Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan. Namun, masa masih ada untuk semua kembali kepada ajaran al-Qur'an.

NABI YUNUS AS

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yunus sebagaimana yang telah dikisahkan tentang nabi-nabi Musa, Yusuf dan lain-lain. Dan sepanjang yang dapat dicatat dan diceritakan oleh para sejarawan dan ahli tafsir tentang Nabi Yunus ialah bahawa beliau bernama Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah tempat bernama "Ninawa" yang bukan kaumnya dan tidak pula ada ikatan darah dengan mereka. Ia merupakan seorang asing mendatang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.

Yunus membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agak menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawanya manfaaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahawa mereka sebagai manusia makhluk Allah yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya. Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyedarkan mereka bahawa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya.

Ajaran-ajaran Nabi Yunus itu bagi para penduduk Ninawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Kerananya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yunus: "Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembahkan oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajak-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahawa engkau tidak akan dapat pengikut diantara kami dan bahawa ajaranmu tidak akan mendapat pasaran di antara rakyat Ninawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami."

Barkata Nabi Yunus menjawab: "Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah yang wajib ku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa daripadamu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahawa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku , tetap menolak agama Allah yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang bathil dan sesat itu, nescaya Allah kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab seksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.

Mereka menjawab peringatan Nabi Yunus dengan tentangan seraya mengatakan: "Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemahuanmu dan sesekali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cubalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami."
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.

Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh yang menakutkan.

Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahawa Yunus tidak berdusta dalam kata-katanya dan bahawa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.

Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolah-olah turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahawa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa sesalannya dan bahawa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatang-binatang yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka.

Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman dari malapetaka yang nyaris melanda mereka: "Di manakah gerangan Yunus sekarang berada? Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel kerana sikap kami yang menentang dan memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah mengampuni dosa kami."

Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak, maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, kerana sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.

Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa ikan.

Kemudian diadakanlah undian bagi kali kedua dengan masing-masing penumpang mengharapkan jangan sampai keluar lagi nama Yunus yang mereka sayangi itu, namun melesetlah harapan mereka dan keluarlah nama Yunus kembali pada undian yang kedua itu. Demikianlah bagi undian bagi kali yang ketiganya yang disepakati sebagai yang terakhir dan yang menentukan nama Yunuslah yang muncul yang harus dikorbankan untuk menyelamatkan kapal dan para penumpang yang lain.
Nabi Yunus yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahawa keputusan undian itu adalah kehendak Allah yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terselit hikmah yang ia belum dapat menyelaminya. Yunus sedar pula pada saat itu bahawa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Ninawa sebelum memperoleh perkenan Allah, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu. Kemudian ia beristikharah menghenimgkan cipta sejenak dan tanpa ragu segera melemparkan dirinya ke laut yang segera diterima oleh lipatan gelombang yang sedang mengamuk dengan dahsyatnya di bawah langit yang kelam-pekat.

Selagi Nabi Yunus berjuang melawan gelombang yang mengayun-ayunkannya, Allag mewahyukan kepada seekor ikan paus untuk menelannya bulat-bulat dan menyimpangnya di dalam perut sebagai amanat Tuhan yang harus dikembalikannya utuh tidak tercedera kelak bila saatnya tiba.
Nabi Yunus yang berada di dalam perut ikan paus yang membawanya memecah gelombang timbul dan tenggelam ke dasar laut merasa sesak dada dan bersedih hati seraya memohon ampun kepada Allah atas dosa dan tindakan yang salah yang dilakukannya tergesa-gesa. Ia berseru didalam kegelapan perut ikan paus itu: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Engkau, Maha sucilah Engkau dan sesungguhnya aku telah berdosa dan menjadi salah seorang dari mereka yang zalim."

Setelah selesai menjalani hukuman Allah , selama beberapa waktu yang telah ditentukan, ditumpahkanlah Nabi Yunus oleh ikan paus itu yang mengandungnya dan dilemparkannya ke darat . Ia terlempar dari mulut ikan ke pantai dalam keadaan kurus lemah dan sakit. Akan tetapi Allah dengan rahmat-Nya menumbuhkan di tempat ia terdampar sebuah pohon labu yang dapat menaungi Yunus dengan daun-daunnya dan menikmati buahnya.
Nabi Yunus setelah sembuh dan menjadi segar kembali diperintahkan oleh Allah agar pergi kembali mengunjungi Ninawa di mana seratus ribu lebih penduduknya mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut untuk menyempurnakan iman dan aqidah mereka. Dan alangkah terkejutnya Nabi Yunus tatkala masuk Ninawa dan tidak melihat satu pun patung berhala berdiri. Sebaliknya ia menemui orang-orang yang dahulunya berkeras kepala menentangnya dan menolak ajarannya dan kini sudah menjadi orang-orang mukmin, soleh dan beribadah memuja-muji Allah s.w.t.

Pokok cerita tentang Yunus terurai di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah Yunus ayat 98, surah Al-Anbiaa' ayat 87, 88 dan surah Ash-Shaffaat ayat 139 sehingga ayat 148.
PeLajaran yang dapat dipetik dari kisah Nabi Yunus.
Bahawasannya seorang yang bertugas sebagai da'i - juru dakwah harus memiliki kesabaran dan tidak boleh cepat-cepat marah dan berputus asa bila dakwahnya tidak dapat sambutan yang selayaknya atau tidak segera diterima oleh orang-orang yang didakwahinya. Dalam keadaan demikian ia harus bersabar mengawal emosinya serta tetap meneruskan dakwahnya dengan bersikap bijaksana dan lemah lembut, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 125 yang bermaksud : "Serulah, berdakwahlah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik { sopan dan lemah lembut } ."

Di dalam diri Nabi Yunus Allah telah memberi contoh betapa ia telah disesalkan atas tindakannya yang tergesa-gesa kerana kehilangan kesabaran, meninggalkan kaum Ninawa, padahal mereka masih dapat disedarkan untuk menerima ajakannya andaikan ia tidak terburu-buru marah dan meninggalkan mereka tanpa berunding lebih dahulu dengan Allah yang telah mengutusnya.
Atas pelanggaran yang telah dilakukan tanpa sedar Allah telah memberi hukuman kepada Nabi Yunus berupa kurungan dalam perut ikan paus sebagai peringatan dan pengajaran agar tidak terulang lagi setelah ia diberi ampun dan disuruh kembali ke Ninawa melanjutkan dakwahnya.

NABI ILYASA' AS

Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari'at dan metode nabi Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya dijelaskan.
"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."(Q.S. Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi inilah yang disebut dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah menghidupkan kembali orang yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa

NABI ILYAS AS

Nabi Ilyas diutus kepada penduduk Baalbek, sebelah barat Kota Damaskus (Libanon Timur sekarang). Dia mengajak kaumnya beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap patung yang mereka namakan Ba`la. Hal inilah yang mengakibatkan mereka menganiayanya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Ilyas adalah paman Nabi Ilyasak.
namun betapapun gigihnya Nabi Ilyas berdakwah, kaumnya tidak mau mendengarkannya. Maka Allah menghukum mereka dengan azab didunia dan akhirat.
Selepas kematian Nabi Sulaiman A.S., kerajaan telah mengalami perpecahan. Pengaruh syaitan telah berleluasa. Manusia yang beragama diejek-ejek. Undang-undang Somaria telah membunuh kebanyakan golongan yang mengetahui dan mengikuti akidah yang sebenar. Pengaruh kejahatan menjadi semakin buruk dan Allah telah menghantar Nabi Ilyas A.S. untuk memulihkan manusia pada zaman pemerintahan Raja Ahab dari Israil. Baginda berusaha berusaha bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan manusia daripada mempercayai banyak tuhan dan melarang mereka menyembah Tyrian Bal.

Baginda juga menasihati manusia untuk menyembah Allah dan mengelakkan diri daripada melakukan kejahatan. Apabila usahanya tidak dihiraukan dan tidak membuahkan hasil, baginda tiba-tiba muncul sebeum raja dan tukang tiliknya memberitahu yang arus deras dan kebuluran akan melanda negeri tersebut. Baginda juga memberitahu yang Tyrian Bal tidak mempunyai kuasa untuk menahan bencana tersebut. Para penduduk tidak mengendahkan amarannya dan tidak mengubah kepercayaan mereka. Kenabian Nabi Ilyas akhirnya terbukti benar dan seluruh negeri dilanda banjir besar dan rakyat mengalami kebuluran. Selepas dua tahun, Nabi Ilyas memohon Allah mengurniakan belas kasihan dan keampunan-Nya kepada penduduk yang kebuluran itu. Mereka telah mengakui kekuasaan Allah dan berasa sangat menyesal.

Sejurus selepas arus deras berhenti dan Allah telah menarik balik sumpahannya, Allah telah menyuruhnya memanggil al-Yas'a menggantikannya. Baginda melaksanakan perintah Allah dengan penuh ketaatan dan hilang secara misteri. Terdapat satu petikan dalam ayat al-Quran yang bermaksud:

" Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik" (Shaad, 28: 48) .

NABI SULAIMAN AS

Nabi Sulaiman adalah salah seorang putera Nabi Daud. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Seorang Juri
Sewaktu Daud, ayahnya menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il ia selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang diadakan untuk menangani perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat. Ia memang sengaja dibawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan serta menyekutuinya di dalam menangani urusan-urusan kerajaan untuk melatihnya serta menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin kerajaan, bila tiba saatnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama saudara yang bahkan lebih tua usia daripadanya.

Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya iaitu terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya. dalam persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara sengketa mereka, iaitu bahawa kebun tanaman salah seorang dari kedua lelaki itu telah dimasuki oleh kambing-kambing ternak kawannya di waktu malam yang mengakibatkan rusak binasanya perkarangannya yang sudah dirawatnya begitu lama sehingga mendekati masa menuainya. Kawan yang diadukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan bahawa memang haiwan ternakannyalah yang merusak-binasakan kebun dan perkarangan kawannya itu.

Dalam perkara sengketa tersebut, Daud memutuskan bahawa sebagai ganti rugi yang dideritai oleh pemilik kebun akibat pengrusakan kambing-kambing peliharaan tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang peliharaannya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang disebabkan oleh kecuaiannya menjaga binatang ternakannya. Akan tetapi Sulaiman yang mendengar keputusan itu yang dijatuhkan oleh ayahnya itu yang dirasa kurang tepat berkata kepada si ayah: "Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu sepatut berbunyi sedemikian : Kepada pemilik perkarangan yang telah binasa tanamannya diserahkanlah haiwan ternak jirannya untuk dipelihara, diambil hasilnya dan dimanfaatkan bagi keperluannya, sedang perkarangannya yang telah binasa itu diserahkan kepada tetangganya pemilik peternakan untuk dipugar dan dirawatnya sampai kembali kepada keadaan asalnya, kemudian masing-masing menerima kembali miliknya, sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat keuntungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya."

Kuputusan yang diusulkan oleh Sulaiman itu diterima baik oleh kedua orang yang menggugat dan digugat dan disambut oleh para orang yang menghadiri sidang dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang walaupun masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan keberanian melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permulaan dari sejarah hidup Nabi Sulaiman yang penuh dengan mukjizat kenabian dan kurnia Allah yang dilimpahkan kepadanya dan kepada ayahnya Nabi Daud.

Sulaiman Menduduki Tahta Kerajaan Ayahnya
Sejak masih berusia muda Sulaiman telah disiapkan oleh Daud untuk menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana kerajaan Bani Isra'il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya dilangkahi oleh adiknya .Ia beranggapan bahawa dialah yang sepatutnya menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah fizikalnya dan lebih muda usianya srta belum banyak mempunyai pengalaman hidup seperti dia. Kerananya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut anggapannya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya sebagai pewaris pertama dari tahta kerajaan Bani Isra'il.

Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk mencapai tujuan itu. Dan sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu, dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat, menunjukkan kasih sayang dan cintanya kepada mereka menolong menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi serta mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya. Ia tidak jarang bagi memperluaskan pengaruhnya, berdiri didepan pintu istana mencegat orang-orang yang datang ingin menghadap raja dan ditanganinya sendiri masalah-masalah yang mereka minta penyelesaian.

Setelah merasa bahawa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani Isra'il dan bahawa ia telah berhasil memikat hati sebahagian besar dari mereka, Absyalum menganggap bahawa saatnya telah tiba untuk melaksanakan rencana rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasaan dari tangan ayahnya dengan paksa. Lalu ia menyebarkan mata-matanya ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda kepada penyokong-penyokong rencananya, bahawa bila mereka mendengar suara bunyi terompet, maka haruslah mereka segera berkumpul, mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud ayahnya.

Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang dengan para pembesar dan para penasihat pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isra'il menggantikan Daud yang dituntut turun dari tahtanya. Keadaan kota menjadi kacau-bilau dilanda huru-hara keamanan tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro dan yang kontra dengan kekuasaan Absyalum.

Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang melanda negerinya, akibat perbuatan puterannya sendiri. Namun ia berusaha menguasai emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah parahnya keadaan. Ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak diinginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun. Dan begitu Daud keluar meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum diiringi oleh para pengikutnya ke kota dan segera menduduki istana kerajaan. Sementara Nabi Daud melakukan istikharah dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan pertolongan-Nya agar menyelamatkan kerajaan dan negaranya dari malapetaka dan keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.

Setelah mengadakan istikharah dan munajat yang tekun kepada Allah, akhirnya Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya dan dikirimkanlah sepasukan tentera dari para pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali istana kerajaan Bani Isra'il dari tangan Absyalum. Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan darah dan pembunuhan yang tidak perlu, teristimewa mengenai Absyalum, puteranya, ia berpesan agar diselamatkan jiwanya dan ditangkapnya hidup-hidup. Akan tetapi takdir telah menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan bagi puteranya. Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia terkurung dan terkepung.

Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala. Dan setelah menduduki tahta kerajaan Bani Isra'il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi Daud dalam usia yang lanjut dan dinobatkanlah sebagai pewarisnya Sulaiman sebagaimana telah diwasiatkan oleh ayahnya.
Kekuasaan Sulaiman Atas Jin dan Makhluk Lain
Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas kerajaan Bani Isra'il yang makin meluas dan melebar, Allah telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, iaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya. Di samping itu Allah memberinya pula suatu kurnia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada diatas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.

Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Disitu ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya: "Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sedar dan sengaja.

Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjud bahawa binatang pun mengerti bahawa nabi-nabi Allah tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sedar.
Sulaiman dan Ratu Balqis
Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitulmaqdis dan melakukan ibadah haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman. Setibanya di San'a - ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk untuk disuruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu. Ternyata bahawa burung hud-hud yang dipanggilnya itu tidak berada diantara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan perintah Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzur yang nyata.

Berkata burung Hud-hud yang hinggap didepan Sulaiman sambil menundukkan kepala ketakutan:: "Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu yang sangat penting untuk diketahui oleh paduka Tuan. Aku telah menemukan sebuah kerajaan yang besar dan mewah di negeri Saba yang dikuasai dan diperintah oleh seorang ratu. Aku melihat seorang ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang megah bertaburkan permata yang berkilauan. Aku melihat ratu dan rakyatnya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam. Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar."

Berkata Sulaiman kepada Hud-hud: "Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu kerana berita yang engkau bawakan ini yang aku anggap penting untuk diperhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana ratu yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat-cepatnya, sambil kami menanti perkembangan selanjutnya bagaimana jawapan ratu Saba atas suratku ini."
HUd-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana kerajaan Saba dilemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya. Ia terkejut melihat sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya. Ia lalu mengangkat kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya. Kemudian diambillah surat itu oleh ratu, dibuka dan baca isinya yang berbunyi: "Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini adalah daripadaku, Sulaiman. Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu lebih tinggi daripadaku. Datanglah sekalian kepadaku berserah diri."

Setelah dibacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil para pembesarnya dan para penasihat kerajaan berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan apa yang harus diambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang diterimanya itu.
Berkatlah para pembesar itu ketika diminta petimbangannya: "Wahai paduka tuan ratu, kami adalah putera-putera yang dibesarkan dan dididik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir atau perancang yang patut memberi pertimbangan atau nasihat kepadamu. Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan membawa kebaikan bagi kerajaan dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala perintah dan keputusanmu tanpa ragu. Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun datangnya demi menjaga keselamatanmu dam keselamatan kerajaanmu."

Ratu Balqis menjawab: "Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang akan menyerbu. Aku sangat berterima kasih atas kesetiaanmu kepada kerajaan dan kesediaanmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan kerajaanku. Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian. Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan. Sebab bila kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk kota-kota kami, maka nescaya akan berakibat kerusakan dan kehancuran yang sgt menyedihkan. Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan, memperhambakan rakyat dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami. Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap peperangan yang dialami oleh sejarah manusia dari masa ke semasa. Maka menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan cuba melunakkan hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah kerajaan yang akan terdiri dari barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.

Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah kerajaan yang akan dikirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan kerajaan membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang dibawa oleh Hud-hud itu, Nabi Sulaiman mengatur rencana penerimaan utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah yang tiada taranya ya akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.

Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, diterimalah mereka dengan ramah tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan hadiah kerajaan yang dibawanya, berkatalah Nabi Sulaiman: "Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada ratumu. Katakanlah kepadanya bahawa Allah telah memberiku rezeki dan kekayaan yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak diberikannya kepada seseorang drp makhluk-Nya. Di samping itu aku telah diutuskan sebagai nabi dan rasul-Nya dan dianugerahi kerajaan yang luas yang kekuasaanku tidak sahaja berlaku atas manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang. Maka bagaimana aku akan dapat dibujuk dengan harta benda dan hadiah serupa ini? Aku tidak dapat dilalaikan dari kewajiban dakwah kenabianku oleh harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini. Kamu telah disilaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahawa akan tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu. Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahawa kami akan mengirimkan bala tentera yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri Saba dan akan mengeluarkan ratumu dan pengikut-pengikutnya dari negerinya sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan kerajaan dan kebesarannya, jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku."

Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka alami dan apa yang telah diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Balqis berfikir, jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan kerajaannya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahawa ia memiliki kekuasaan ghaib di samping kekuasaan lahirnya dan bahwa apa yang dia telah ancamkan melalui rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong. Maka bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya, siapakah diantara mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis sebelum orangnya datang berserah diri.

Berkata Ifrit, seorang Jin yang tercerdik: "Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu. Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat dipercayai.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata: "Aku akan membawa tahta itu ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu."
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada didepannya, berkatalah ia: Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencuba apakah aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, kerana barang siapa bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa mengingkari nikmat dan kurnia Allah, ia akan rugi di dunia dan di akhirat dan sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia."

Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan kepada tahtanya: "Serupa inikah tahtamu?" Balqis menjawab: "Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri," seraya bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahawa tahtanya berada di sini padahal ia yakin bahawa tahta itu berada di istana tatkala ia bertolak meninggalkan Saba.

Selagi Balgis berada dalam keadaan kacau fikiran, kehairanan melihat tahta kerajaannya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan yang sengaja dibangun untuk penerimaannya. Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih. Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika berada dalam ruangan itu, mengira bahawa ia berada di atas sebuah kolam air yang dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman kepadanya: "Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu. Engkau tidak berada di atas kolam air. Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi lantai dan dinding ruangan ini."

"Oh,Tuhanku," Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan kekuasaan Tuhan yang dipertunjukkan oleh Nabi Sulaiman, "aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat dan kurnia-Mu, merugikan dan menzalimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari cahaya dan rahmat-Mu. Ampunilah aku. Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlas dan keyakinan penuh. Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."

Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba. Dan menurut sementara ahli tafsir dan ahli sejarah nabi-nabi, bahawa Nabi Sulaiman pada akhirnya kahwin dengan Balqis dan dari perkahwinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut pengakuan maharaja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan Nabi Sulaiman dari putera hasil perkahwinannya dengan Balqis itu. Wallahu alam bisshawab.
Wafatnya Nabi Sulaiman
Al-Quran mengisahkan bahawa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar kepadanya ketika Tuhan mengambil rohnya. Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui bahawa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya tongkat sandarannya yang dimakan oleh anai-anai. Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak akan tetap meneruskan pekerjaan yang mereka anggap sebagai seksaan yang menghinakan.

Berbagai cerita yang dikaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya Nabi Sulaiman, namun kerana cerita-cerita itu tidak ditunjang dikuatkan oleh sebuah hadis sahih yang muktamad, maka sebaiknya kami berpegang saja dengan apa yang dikisahkan oleh Al-Quran dan selanjutnya Allahlah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami berserah diri.

Kisah Nabi Sulaiman dapat dibaca di dalam Al-Quran, surah An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44