AyoGitaBisa.com
- Tak ada jas, dasi, pakaian rapi yang diseterika licin, juga tanpa
sepatu kulit mahal yang kinclong. Ini gaya Presiden Uruguay Jose Mujica
saat melantik Menteri Keuangan Mario Bergara di Montevido: kemeja biru
muda kusut yang dikeluarkan, celana ngatung, dan sandal!
Posisi duduknya pun tak tegak, terkesan acuh. Penampilan super-santai presiden 78 tahun itu kontras dengan pejabat lain yang hadir dalam acara itu.
Max Fisher dari Washington, bahkan mengatakan, keindahan foto tersebut adalah betapa kontrasnya sang presiden dibanding dua orang di sebelahnya yang bergaya 'sangat politisi' -- wakil presiden dan menkeu yang baru dilantik.
"Apa yang menarik dari foto ini adalah seorang kepala negara yang berdaulat, mengepalai pemerintahan dengan orang-orang yang terlihat dan berpakaian seperti pejabat senior pemerintah," kata Max Fisher, seperti Liputan6.com kutip dari Sydney Morning Herald.
"Dan dia berhasil memimpin negaranya."
Dan, gaya itulah yang disukai rakyatnya. Mujica, mantan gerilyawan itu memang dikenal sebagai pemimpin dengan prinsip hidup hemat. Menghindari semua perangkap kekuasaan dan status: ia menyumbangkan hampir seluruh gajinya, hidup di apartemen satu kamar yang kecil, menyetir VW Beetle tuanya alih-alih limusin. Memilih tinggal peternakan bobrok warisan untuk istrinya, bukan di istana kepresidenan yang megah.
Mujica bahkan kerap dijuluki sebagai 'presiden termiskin di dunia'. Meski ia mentah-mentah menolak label itu. Kata kakek itu, ia bukan korban kemiskinan, melainkan pemimpin politik yang peduli soal ketimpangan ekonomi, dan berusaha keras untuk memimpin rakyatnya dengan teladan, bukan sekadar bicara.
Dan dalam kepemimpinan Mujica sejak 2010, Urugay makin 'hidup'. Ia mendapat banyak penghargaan dari lembaga Barat. Bahkan The Economist menyebut Uruguay sebagai "negara tahun ini" -- yang paling moncer pada 2013. Memuji hukum perkawinan baru Uruguay yang mengakomodasi pernikahan homoseksual dan legalisasi ganja yang dikendalikan negara.
"Sederhana namun berani, liberal dan suka bersenang-senang, Uruguay adalah negara tahun ini," demikian pengumuman The Economist.
Penampilan Mujica adalah cermin dari prinsip hidupnya. "Aku muak dengan aturan yang ada. Kita berada di sebuah era di mana kita tidak bisa hidup tanpa menerima logika pasar," kata dia kepada Guardian. "Apa yang kita lakukan adalah otomatisasi dari kehendak pasar."
"Jika kita bisa hidup dengan apa yang kita miliki -- menjadi menjadi bijaksana -- maka 7 miliar manusia di dunia akan mendapatkan apapun yang mereka butuhkan," tutur Mujica. "Politik global seharusnya mengarah ke sana." Bukan memberi ruang bagi kerakusan manusia dan kebutuhan yang ditentukan pasar.
Menurutnya, sumber daya planet ini tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 7 sampai 8 miliar penduduknya jika level konsumsi disamaratakan.
Suatu hari, Mujica pernah mendeskripsikan kemiskinan menurut sepemahamannya.
"Menurutku yang pantas disebut miskin adalah mereka yang bekerja keras hanya untuk mempertahankan gaya hidup mewah. Selalu menginginkan lebih dan lebih."
"Ini hanya soal pilihan. Jika tak punya banyak harta, Anda tak perlu bekerja keras seumur hidup, seperti budak, hanya untuk mempertahankannya."
Posisi duduknya pun tak tegak, terkesan acuh. Penampilan super-santai presiden 78 tahun itu kontras dengan pejabat lain yang hadir dalam acara itu.
Max Fisher dari Washington, bahkan mengatakan, keindahan foto tersebut adalah betapa kontrasnya sang presiden dibanding dua orang di sebelahnya yang bergaya 'sangat politisi' -- wakil presiden dan menkeu yang baru dilantik.
"Apa yang menarik dari foto ini adalah seorang kepala negara yang berdaulat, mengepalai pemerintahan dengan orang-orang yang terlihat dan berpakaian seperti pejabat senior pemerintah," kata Max Fisher, seperti Liputan6.com kutip dari Sydney Morning Herald.
"Dan dia berhasil memimpin negaranya."
Dan, gaya itulah yang disukai rakyatnya. Mujica, mantan gerilyawan itu memang dikenal sebagai pemimpin dengan prinsip hidup hemat. Menghindari semua perangkap kekuasaan dan status: ia menyumbangkan hampir seluruh gajinya, hidup di apartemen satu kamar yang kecil, menyetir VW Beetle tuanya alih-alih limusin. Memilih tinggal peternakan bobrok warisan untuk istrinya, bukan di istana kepresidenan yang megah.
Mujica bahkan kerap dijuluki sebagai 'presiden termiskin di dunia'. Meski ia mentah-mentah menolak label itu. Kata kakek itu, ia bukan korban kemiskinan, melainkan pemimpin politik yang peduli soal ketimpangan ekonomi, dan berusaha keras untuk memimpin rakyatnya dengan teladan, bukan sekadar bicara.
Dan dalam kepemimpinan Mujica sejak 2010, Urugay makin 'hidup'. Ia mendapat banyak penghargaan dari lembaga Barat. Bahkan The Economist menyebut Uruguay sebagai "negara tahun ini" -- yang paling moncer pada 2013. Memuji hukum perkawinan baru Uruguay yang mengakomodasi pernikahan homoseksual dan legalisasi ganja yang dikendalikan negara.
"Sederhana namun berani, liberal dan suka bersenang-senang, Uruguay adalah negara tahun ini," demikian pengumuman The Economist.
Penampilan Mujica adalah cermin dari prinsip hidupnya. "Aku muak dengan aturan yang ada. Kita berada di sebuah era di mana kita tidak bisa hidup tanpa menerima logika pasar," kata dia kepada Guardian. "Apa yang kita lakukan adalah otomatisasi dari kehendak pasar."
"Jika kita bisa hidup dengan apa yang kita miliki -- menjadi menjadi bijaksana -- maka 7 miliar manusia di dunia akan mendapatkan apapun yang mereka butuhkan," tutur Mujica. "Politik global seharusnya mengarah ke sana." Bukan memberi ruang bagi kerakusan manusia dan kebutuhan yang ditentukan pasar.
Menurutnya, sumber daya planet ini tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan 7 sampai 8 miliar penduduknya jika level konsumsi disamaratakan.
Suatu hari, Mujica pernah mendeskripsikan kemiskinan menurut sepemahamannya.
"Menurutku yang pantas disebut miskin adalah mereka yang bekerja keras hanya untuk mempertahankan gaya hidup mewah. Selalu menginginkan lebih dan lebih."
"Ini hanya soal pilihan. Jika tak punya banyak harta, Anda tak perlu bekerja keras seumur hidup, seperti budak, hanya untuk mempertahankannya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar