BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang,
secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah
perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara
vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan
oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat
merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah
tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang
tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan
kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang
berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami
menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
2.
Rumusan masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan Tsunami ?
b. Apa yang menyebabkan Tsunami itu
terjadi?
c. Bagaimana sistem peringatan dini
terhadap Tsunami?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar
dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh
gempabumi yang terjadi di dasar laut.
Kecepatan
gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman7000
m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama
dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut
tidak lebihdari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya
jarang merasakan adanya tsunami. Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami
memiliki panjang gelombang antara dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas
dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit
hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk,atau muara sungai
gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan
meter dan bersifat merusak.
2.
Penyebab Terjadinya
Tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan
perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor
maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung
meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar
laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air
laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut
di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer
per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih
50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah
laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun
saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena
terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk
daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter
bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau
sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng
samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah
longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun
secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya
terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari
atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa
yang menyebabkan tsunami
· Gempa bumi yang berpusat di tengah
laut dan dangkal (0 - 30 km)
· Gempa bumi dengan kekuatan
sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
· Gempa bumi dengan pola sesar naik
atau sesar turun;
3.
Sistem Peringatan Dini
Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan
juga Hawaii, mempunyai sistem peringatan tsunami dan prosedur evakuasi untuk
menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oleh berbagai
institusi seismologi di berbagai penjuru dunia dan proses terjadinya tsunami
dapat dimonitor melalui perangkat yang ada di dasar atu permukaan laut yang
terknoneksi dengansatelit.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat
yang mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang
tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sistem sederhana
yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan terjadinya
tsunami pernah dicoba di Hawai pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem yang lebih
canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April
1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center
pada tahun 1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional
pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami,
CREST Project, dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh
USGS, NOAA, dan Pacific Northwest Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan
seismik universitas.
Hingga
kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya
masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa
bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan
tsunami yang baik telah berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang
tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya dan waktu sampai di pantai,
berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa jauh rendaman yang mungkin
terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam
tutupan lahan (baik tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan
tsunami, ketinggian dan jarak rendaman tsunami masih belum bisa dimodelkan
secara akurat.
Sistem
peringatan dini di indonesia
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor,
telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian
Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini
memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang
berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang
disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat
peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan (Decision Support System - DSS).
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan
banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga
internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah
Kementrian Negara Riset dan Teknologi(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk
dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI
adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain
untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit
setelah gempa terjadi.
Sistem
Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan
laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara
Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan
rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara
internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat
oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu
kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan
mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara
simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa
tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan
jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG
dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan
diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS,
BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami
benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG
menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang
meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang
meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info
peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database
BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS,
Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai
fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
· Tsunami adalah rangkaian gelombang
laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hinggalebih 900 km per jam, terutama
diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar laut.
· Tsunami dapat terjadi jika terjadi
gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan
gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi
· Sistem peringatan dini adalah suatu
system atau alat yang digunakan untuk mengirimkan peringatan tsunami jika
terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami.
B.
Saran
· Pembaca diharapkan mampu memahami
pengertian dari Tsunami
· Pembaca diharapkan mampu mengetahui
penyebab terjadinya Tsunami
· Pembaca diharapkan mampu memahami
sistem peringatan dini terhadap Tsunami
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar